NAMA :
Fera Eka Widayanti
TTL :
16 Februari 1993
ALAMAT :
Bongkotan, DK XII, Beton, RT 06, Tirtonirmolo, Ksihan, Bantul, 55181
2. RIWAYAT
PENDIDIKAN (PRESTASI)
SD :
Sewaktu saya masih menduduki bangku
sekolah dasar, saya belum pernah mengikuti perlombaan apapun, namun saat
dikelas saya pernah meraih juara I dan II, pada waktu itu saya menduduki kelas
1 dan 2 SD, tapi entah kenapa sewaktu kelas 3 SD nilai saya menurun dan saya
tidak pernah lagi mendapatkan juara kelas, mungkin itu karena saya pindah
sekolah dan belajar dengan lingkungan baru.
Menginjak usia 11 tahun saya mulai
mempunyai keinginan untuk mengikuti suatu perlombaan, enta itu dari TPA maupun
dari sekolahan. Suatu hari saya mengikuti perlombaan untuk mewakili TPA,
perlombaan yang saya ikuti yaitu membaca Al Qur’an, tapi saya gagal untuk
memenangkan perlombaan itu, dan saya mengambil sisibaiknya , saya sudah berani
untuk tampil dan itu saya jadikan suatu pengalaman yang berharga, karena
perlombaan itu pertama kali yang saya ikuti. Saya tidak berputus asa dan saya
mencoba untuk mengikuti perlombaan perlombaan yang lainnya, dan di suatu bulan
yang sangat suci yaitu bulan romadhan, saya mengikuti perlombaan yang
diselenggarakan oleh para pemuda desa atau sering disebut juga dengan pantia
ramadhan. Waktu itu sya mengikuti lomba pidato, dan saya menjadi juara pertama.
Saya merasa sangat senang sekali, karena tidak disangka saya bakalan menadi
juara pertama, padahal menurut pndangan saya sendiri, saya tidak akan mungkin
untuk menjadi seorang juara. Tapi alhamdulillah dibulan yang suci itu saya
mendapatkan juara.
SMP :
SMP, saya bersekolah di salah satu perguruan
6 tahun: Tsanawiyah dan Aliyah, yaitu suatu sekolah yang di dalamnya siap
mencetak kader kader bangsa , yang tangguh dan yang dapat dibanggakan. Sekolah
ini biyasa disebut dengan Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, yang
mana sistemnya adalah sekolah berasrama, banyak pengalaman pengalaman yang
dapat saya ambil selama sekolah di sana, meskipun sangat minim untuk
mengembangkan prestasi yang kita miliki, namun belajar berorganisasi di sekolah
itu sangantlah bagus.
Madrasah Mu’allimaat adalah sekolah
putri dan sama sekali tidak terdapat siswa laki laki, akan tetapi kita bisa
saling bekerjasama dan saling membantu dalam segala hal.
SMA :
Waktu SMA saya bersekolah tetep di
Madrasah Mu’allimaat, karena menurut orang tua saya, sekolah terbaik ya di
Mu’allimaat, walaupun sebenarnya saya sudah tidak betah tinggal di Mu’allimat,
tapi apa boleh buat saya harus menuruti kemauan orang tua karena ridho Allah
terletak pada Ridho ke dua orang tua, dan saya sangat percaya dengan pernyataan
tersebut.
Sama seperti di SMP , saya tidak
pernah mendapatkan prestasi yang baik selama sekolah di Mu’allimaat, tapi saya
mendapatkan banyak pengalaman berorganisasi mulai dari organisasi yang bersifat
ilegal sampai organisasi yang sifatnya legal di kalangan Mu’allimaat. Dan
pngalaman organisasi tersebut bisa saya terapkan di masyarakat tempat saya
tinggal. Bgi mereka anak Mu’allimaat itu pengalaman organisasinya sangatlah
bagus, tapi belum tentu juga sebagus yang mereka pikirkan.
3.
RIWAYAT KEHIDUPAN
BERAGAMA
SD :
Pada waktu masih sd, kehidupan
beragama saya sangatlah kurang apalagi sewaktu masih kelas 1 sampa 3. Tapi orang
tua saya berusaha untuk mencarikan tempat TPA yang bisa mendidik saya untuk
bisa belajar agama dengan baik. Awalnya saya susah ekali untuk berangkat di TPA
tersebut, karena pada waktu itu saya belum paham dengan maksud orang tu saya
mencarikan tempat TPA tersebut. Sampai sampai setiap mau berangkat TPA saya
harus nangis terlebih dahulu karena tidak mau berangkat TPA dan akhirnya di
paksa buat berangkat.
1 tahun 2 tahun kegiatan TPA itu
saya jalani sesuai dengan keadaan yang adda, menginjak kelas 6 saya mulai
berfikir appa artinya belajar di TPA tersebut. Selama di TPA saya meraih
peringkat II dan III, tapi sya tidak pernah mendapatkan peringkat I, entah kenapa saya juga tidak tahu. Dengan
saya belajar di TPA nilai pelajaran agama di sekolah meningkat, dan berangsur
membaik, saya sangat senang dan merasa sedikit puas dengan hasil yang saya raih
itu, coba kalau dlu saya tidak sekolah di TPA, pasti saya sangat tidak mengenal
agama yang baik itu seperti appa.
Mulai kelas 5 saya sudah diajarkan
oleh orang tua saya puasa sampai magrib. Pertama saya puasa magrib susah sekali
rasanya, ngrengek sama ibuk lah pengen buka ato apalah, nyuri nyuri minum, mam,
pkoknya susah banget rasanya suruh puasa magrib, tapi lama lama itu sudah
terbiyasa. Dan pada saat kelas 6 sd alhamdulillah saya sudah puasa penuh. Rasanya
puas banget selesai bisa puasa penuh. Saat kelas 6 sd uga saya sudah mulai
memakai krudung meskipun Cuma kalau pergi pergi saja. Tapi itu sudah membantu
sekali untuk belajar terbiasa.
Selama saya belajar di Tpa itu saya
mulai mengenal pelajaran bahasa arab, hafalan surat surat pendek, hafalan doa
sehari hari, saya juga di ajari bagaimana cara sholat yang baik, menghormati
kedua orang tua, bersikap baik pada orang sekitar kita, dan tentunya belajar
berpuasa sampai magrib. Dan saya sangat merasakan hasil belajar di TPA itu
ketika saya duduk di kelas 6 sd, waktu itu kita di suruh menghafal surat adh
dhuha, teman teman yang lain masih bingung dengan hafalan tersebut, namun saya
sedikit bisa menghafal dan tinggal mengulangi, apalagi itu sebgai syarat untuk
kelulusan . dan kebetulan saya uga pengend daftar sekolah di Mu’allimaat, dmna
persaingannya sangatlah ketat.
SMP :
Smp, saya bersekolah di Madrasah
Mu’allimaat, di sana saya di tuntut untuk melakukan ibadah ibadah yang jarang
saya lakukan sebelumnya , seperti sholat tahajud, puasa senin kamis, sholat dhuha dll. Dan
alhamdulilah saya bisa melakukan itu semua meskipun tidak setiap hari, di sana
byk di ajarkan berbagai ibadah2 sunnah. Saya merasa senang karena kebersamaan
dan kekompakan tidak pernah terlepas dari siswi siswi Mu’allimaat.
Kadang pada waktu ingin puasa senin
kamis awalnya sudah ada niat tapi waktu sdh sampai madrasah dan waktu
istirahat, niat puasa tersebut tiba2 hilang begitu saja , dan akhirnya tidak
jadi puasa. Akan tetapi lama kelamaan saya sadar sendiri kalau terus terusan
seperti itu saya gg akan dapat pahala apapun, dan akhirnya saya benar benar berniat
untuk puasa senin kamis, dan akhirnya saya berhasil juga untuk melakukan ibadah
sunnah tersebut. Mulai dari situ saya benar benar belajar untuk melakukan
ibadah ibadah sunnah yang lainnya.
Tibalah pada waktu kelas 3 MTS, pada
waktu itu saya benar benar tidak terlalu bisa dalam mata pelajaran umum, saya
merasa berat sekali dalam mendalami ilmu tersebut, saya hanya mempunyai modal
percaya diri dan modal ibadah kepada Allah, saya berusaha untuk selalu puasa
senin kamis, sholat tahajud, sholat dhuha dan lainnya. Al hasil, dalam ujian
nasional saya berhasil lulus walaupun dengan predikat tidak memuaskan, tapi
saya merasa sangat puas karena itu adalah hasil kerja keras saya sendiri, tanpa
bantuan dari orang lain alias mencontek, masalah contek mencontek, insyaallah
Mu’allimaat bebas dari contek mencontek, insyalh kami mengerjakan ujian dengan
sejujur mungkin. Dan saya merasa bersyukur sekali karena Allah telah membantu
saya dalam mengerjakan soal soal tersebut, saya semakin yakin kalau Allah itu
akan selalu membantu hamba hambanya dalam keadaan sesusah apapun, namun
syaratnya kita juga harus mendekatkan diri kepada Allah, mentaati perintahnya
dan menjauhi larangannya.
SMA/ ALIYAH :
Lulus
dari kelas 3 saya tetap melanjutkan sekolah di Madrasah Mu’allimaat, karena
appaa?? Karena saya tidak mungkin kalau pindah dari Mu’allimaat dan mendapatkan
sekolah yang faforit, sedangkan nilai NEM saya begitu minim, alias tidak akan
mencapai target iank di targetkan oleh sekolah faforit tersebut. Mulai dari
kelas satu Aliyah, entah kenapa pada waktu itu sya mulai nakal dan jarang
mentaati peraturan yang telah dibuat oleh madrasah, padahal maksud madrasah
membuat peraturan tersebut baik. Sekolah kami dilarang keras membawa hp alias
hp bagi sekolah kami adalah barang haram, selain narkoba roko dsb, hape uga
telah menjadi barang haram bagi madrasah ini. Saya dan teman teman tidak peduli
dengan peraturan tersebut, kami selalu melanggarnya, hingga suatu ketika,
sehabis ujian tengah semester, angkatan kelas 1 Aliyah tiba tiba ada sebuah
razia besr besaran , hp saya sii tidak tersita, namun hape saya malah rusak
hampir pecah karena saya taruh di sepatu dan saya injek. Sedangkan hape tmn
saya adda iank kesita, mulai dari kejadian tersebut saya sdar dan saya tidak
berani lagi untuk membawa hape di madrasah.
Ibadah
sunnah sya juga menurun, saya jarang sholat malam, jarang sholat dhuha dan
jarang puasa senin kamis, entah kenapa saya jadi semalas itu, yang adda di
fikiran saya hanyalah bagaimana caranya untuk melanggar tata tertib yang telah
di buat oleh Madrasah. Kelas 1 saya mulai mengenal kata cinta, pacaran, kasih
sayng pada lawan jenis, saya sering ketemuan dengan siswa sekolah tetangga
alias sekolah adam alias madrasah muallimiin yaitu sekolah khusus cowok, kami
satu yayasan tapi beda sekolah, namun kami selalu mencari cara bagaimana untuk
ketemuan, ataupun ngobrol, entah itu via telepon, chatting, facebookan dll.
Sampai sampai saat di asramapun kami sempat telpon telponan dan di sadap oleh
pamong asrama. Al hasil masalahpun kembali terjadi. Kelas 1 Aliyah adalah masa
masa kemaksiatan, tapi maksiat kami adalah maksiat yang positip, bukan maksiat
yang nyeleweng2, kami tdak pernah terhindar dari masalah2, entah masalah dengan
teman, orangtua, bahkan guru. sehingga konsentrasi belajarpun terganggu dan
nilai nilai pelajaran banyak yang merah. Sungguh menyedihkan.
Pada
saat kenaikan kelas saya di vonis tidak naik kelas, gara gara masalah banyak
dan nilai mapel merah. Hmmmmm, saya takut sekali, namun adda guru yang berbaik
hati untuk memberikan saya nilai aman, dan akhirnya saya tetap naik kelas,
alhamdulillah.
Kelas
2 aliyah saya mulai bertobat, dan memperbaiki kesalahan kesa;ahan yang lalu,
saya berusaha untuk tidak mengulanginya kembali, dan sedikit demi sedikit saya
bisa merubahnya, alhamdulillah, saya berhasil, mulai saat itu saya kembali
berusaha untuk melakukan ibadah ibadah sunnah yang sempat tertinggal, saya
memperbaiki diri dan saya juga berfikir untuk ikut gabung dalam organisasi
organisasi yang adda, di sekolah maupun di rumah. Namun perubahan tersebut
tidak berubah total, saya juga masih berpacaran, dan masih sedikit sedikit
melanggar tatatertib sekolah, naun tidak separah wktu kelas 1.
Menginjak
kelas 3 saya tambah rajin dan saya mempunyai tekad dan niat untuk kembali
berserah diri pada yang kuasa, mengingat ujian akhir segera datang. Saya merasa
bersyukur sekali karena saya mempunyai teman teman yang sangat perhatian dengan
saya, kalau saya mulai nyleneh mereka selalu mengingatkan dan kita salig
mengingatkan satu dengan yang lainnya. Mereka selalu mengajari saya kalau saya
tidak mengerti dengan satu mata pekajaran. Dalam fikiran saya waktu itu adalah
saya harus berhasil dengan nilai yang memuaskan, banggain kedua ortu dan tidak
mengecewakan orang orang yang saya sayangi. Saya tinggalkan kata PACARAN, dan
mulai fokus untuk BELAJAR. Awalnya saya takut dengan undang undang baru yang
menyatakan bahwa nilai UAN adalah gabungan dari nilai2 kelas 2 dan gabungan
dari nilai ujian sekolah, saya gg nyakin dengan apa yang saya punyai sekarang dalam
artian saya gg sepintar orang orang yang adda di sekitar kita, tapi teman teman
selalu menyakinkan sya bahwa saya bisa dan saya pasti lulus dengan nilai yang
cukup memuaskan.
Ujian
akhirpun datang, beberapa hari sebelum ujian datang saya mendapatkan kabar yang
sangat menyedihkan, yaitu, seseorang yang saya sayangi telah pergi meninggalkan
dunia ini, dan sya tidak akan pernah menemuinya aaggy, saya benar benar tidak
mempercayai berita tersebut. Namun saya harus ikhlas dengan apa yang telah di
takdirkan Allah kepadanya. Saya berusaha kuat dan tegar menerima semua cobaan
ini, saya lalui ujian dengan kemampuan yng saya terima, dan saya uga harus
menunjukkan pada orang orang yang saya sayangi bahwa saya bisa mengerjakan soal
soal tersebut.
Sambil
menunggu hasil pengumuman saya selalu mendekatkan diri pada Allah, karena saya yankin
Allah akan membantu saya. Saat itu juga saya berlatih dan terus berlaih untuk
berorganisasi, banyak tawaran untuk masuk dalam suatu organisasi, dan saya
menyetujui salah satu tawaran yang di berikan oleh suatu orgaisasi tersebut.
Hasil
pengumuman tlah di berikan dan alhamdulillah banget saya luus dengan nilai yang
cukup memuaskan. Dan saya gunakan niali tersebut dengan mendaftar di salah satu
perguruan tinggi swasta, dan akhinya saya di terima di pergruan tinggi
tersebut, namun saya juga menunggu hasil pengumumn di perguruan tinggi negeri.
22 nya di terima ternyata, perguruan tinggi swasta dan negeri, saya bimbang
dengan pilihan trsebut, karena keduanya sama sama bagus. Dan predikatnya juga
sangatlah bagus. Karena saya bimbang saya memunta petunjuk dri Allah, dengan
melakukan sholat istikhoroh, gg lama kemudian saya telah memantapkan diri untuk
meilih salah satu perguruan tinggi tersebt, dan saya memilih peruruan tinggi
negeri, yang swasta saya tinggalkan.
KULIAH :
Kuliah, saat ini saya kuliah di
universitas islam negeri sunan kalijaga yogyakarta, menurut pandangan saya
sendiri dan kedua ortu saya , saya sekolah di sinni merupakan suatu
keberuntungan yang diberikan oleh Allah pada saya, saya bisa lulus seleksi
SNMPTN, tanpa saya duga dan tanpa saya sadri , saya benar2 tidak ada fikiran
sama sekali untuk bisa lolos dalam SNMPTN tersebut. Dibandingkan dengan teman
teman yang lain, mereka jauh lebih pintar dalam hal akademik. Tapi saya merasa
sangat brsyukur sekali bisa lolos dalam SNMPTN ini, saya senang dengan
kemuliaan yang di berikan Allah pada saya.
Sejak saya masuk di bangku
perkuliahan saya benar benar berubah, mulai dari cara berpakaian, bergaul,
serta bertata krama dengan orang lain, saya sendiri bingung dengan keadaan yang
sedemikian rupa. Dalam benak saya, saya sering bertany tanya kenapa saya kok
bisa berubah secepat ini, saya mulai memakai rok, dan baju baju panjang,
meskipun dalam berkerudung masii sama seperti dulu. Kalau saya memakai celana
rasanya sungkan banget, sampai sampai teman teman saya sekolah dulu heran
dengan perubahan ini. Saya jadi sering ngjar TPA, dan berusaha untuk mencari
pahala pahala lainnya. Hidup memang perputar putar kadang kta ingin berubah
menjadi orang baik, kadang pula kita ingin memberontak pada keburukan. Hidup
penuh dengan tantangan penuh perjuangan dan penuh dengan giuran dunia, oleh
karena itu kita harus menata hati memantapkan jiwa, untuk melawan itu semua
sehingga kita bisa menjadi orang orang yang beruntung dan masuk dalam golongan
orang orang yang dimuliakan oleh Allah, amiin ya Robbal ‘alamiin.
4.
BAGAIMANA MENDIDIK
AGAMA DALAM DIRI ANAK
Orang tua saya
mengajarkan anak anaknya untuk selalu berbuat baik, dari kecil kami diajarkan
untuk selalu sholat 5 waktu dan sholat tepat waktu, serta puasa romadhan secara
penuh satu bulan penuh. Saya merasa miris ketika melihat tetangga2 saya tidak
mengajarkan anak anaknya sebagaimana orang tua saya mengajarkan agama kebaikan
pada anak anaknya. Mereka sama sekali tidak pernah berfikir tentang akhirat,
dan kekuasaan yang dimiliki oleh Allah SWT. Mereka tidak peduli apakah anak
anaknya sholat ataupun tidak. Apalagi anak ank jaman sekarang masii kecil
omongannya sudah tidak benar, sudar mengenal cinta cintaan dan lainnya, tapi
orangtua mereka tidak peduli dengan keadaan yang mereka hadapi.
Dalam berpakaian,
orangtua mereka leleh luweh degan pakaian yang anak anak mereka kenakan, entah
menutup aurat atau tidak, berbeda sekali dengan saya, memakai celana pensil pun
saya harus beradu mulut dulu dengan ortu saya. Saya sadar sih sebenarnya dalam
syari’at agama islam itu tidak di perbolehkan untuk memakai pakaian pakaian
ketat seperti itu. Tapi yang namanya anak muda pasti pengen mencoba untuk
memakai pakaian tersebut.
Saya lebih miris ketika
mendengar salah satu tetangga saya memaki maki orang tuanya tanpa rasa bersalah
dan tanpa rasa dosa sedikitpun. Bagi saya itu sangatlah tidak sopan sekali dan
anak itu bisa di sebut sebagai anak yang durhaka, dia tidak pernah mendengarkan
nasehat orang tuanya, dan orang tuanya pun tidak mengajari kebaikan pada anak
tersebut. Menurut saya kedua duanya salah, si anak durhaka pada orang tua, dan
orang tua tidak menjalankan amanah yang telah diberikan Allah.
Alhamdulilah sekali saya
sangat beruntung dan saya sangat bersyukur karena orang tua saya tidak seperti
itu. Saya mempunyai orang tua yang sangat perhatian pada saya meskipun
terkadang sangatlah menjengkelkan. Tapi mereka tetap the best.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar