Pages

Powered By Blogger

Selasa, 06 November 2012

PERKEMBANGAN KEHIDUPAN BERAGAMA


1.      IDENTITAS   :
NAMA            : Fera Eka Widayanti
TTL                 : 16 Februari 1993
ALAMAT       : Bongkotan, DK XII, Beton, RT 06, Tirtonirmolo, Ksihan, Bantul, 55181

2.      RIWAYAT PENDIDIKAN (PRESTASI)
SD       :
            Sewaktu saya masih menduduki bangku sekolah dasar, saya belum pernah mengikuti perlombaan apapun, namun saat dikelas saya pernah meraih juara I dan II, pada waktu itu saya menduduki kelas 1 dan 2 SD, tapi entah kenapa sewaktu kelas 3 SD nilai saya menurun dan saya tidak pernah lagi mendapatkan juara kelas, mungkin itu karena saya pindah sekolah dan belajar dengan lingkungan baru.
            Menginjak usia 11 tahun saya mulai mempunyai keinginan untuk mengikuti suatu perlombaan, enta itu dari TPA maupun dari sekolahan. Suatu hari saya mengikuti perlombaan untuk mewakili TPA, perlombaan yang saya ikuti yaitu membaca Al Qur’an, tapi saya gagal untuk memenangkan perlombaan itu, dan saya mengambil sisibaiknya , saya sudah berani untuk tampil dan itu saya jadikan suatu pengalaman yang berharga, karena perlombaan itu pertama kali yang saya ikuti. Saya tidak berputus asa dan saya mencoba untuk mengikuti perlombaan perlombaan yang lainnya, dan di suatu bulan yang sangat suci yaitu bulan romadhan, saya mengikuti perlombaan yang diselenggarakan oleh para pemuda desa atau sering disebut juga dengan pantia ramadhan. Waktu itu sya mengikuti lomba pidato, dan saya menjadi juara pertama. Saya merasa sangat senang sekali, karena tidak disangka saya bakalan menadi juara pertama, padahal menurut pndangan saya sendiri, saya tidak akan mungkin untuk menjadi seorang juara. Tapi alhamdulillah dibulan yang suci itu saya mendapatkan juara.
SMP    :
            SMP, saya bersekolah di salah satu perguruan 6 tahun: Tsanawiyah dan Aliyah, yaitu suatu sekolah yang di dalamnya siap mencetak kader kader bangsa , yang tangguh dan yang dapat dibanggakan. Sekolah ini biyasa disebut dengan Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, yang mana sistemnya adalah sekolah berasrama, banyak pengalaman pengalaman yang dapat saya ambil selama sekolah di sana, meskipun sangat minim untuk mengembangkan prestasi yang kita miliki, namun belajar berorganisasi di sekolah itu sangantlah bagus.
            Madrasah Mu’allimaat adalah sekolah putri dan sama sekali tidak terdapat siswa laki laki, akan tetapi kita bisa saling bekerjasama dan saling membantu dalam segala hal.

SMA   :
            Waktu SMA saya bersekolah tetep di Madrasah Mu’allimaat, karena menurut orang tua saya, sekolah terbaik ya di Mu’allimaat, walaupun sebenarnya saya sudah tidak betah tinggal di Mu’allimat, tapi apa boleh buat saya harus menuruti kemauan orang tua karena ridho Allah terletak pada Ridho ke dua orang tua, dan saya sangat percaya dengan pernyataan tersebut.
            Sama seperti di SMP , saya tidak pernah mendapatkan prestasi yang baik selama sekolah di Mu’allimaat, tapi saya mendapatkan banyak pengalaman berorganisasi mulai dari organisasi yang bersifat ilegal sampai organisasi yang sifatnya legal di kalangan Mu’allimaat. Dan pngalaman organisasi tersebut bisa saya terapkan di masyarakat tempat saya tinggal. Bgi mereka anak Mu’allimaat itu pengalaman organisasinya sangatlah bagus, tapi belum tentu juga sebagus yang mereka pikirkan.

3.      RIWAYAT KEHIDUPAN BERAGAMA
SD       :
            Pada waktu masih sd, kehidupan beragama saya sangatlah kurang apalagi sewaktu masih kelas 1 sampa 3. Tapi orang tua saya berusaha untuk mencarikan tempat TPA yang bisa mendidik saya untuk bisa belajar agama dengan baik. Awalnya saya susah ekali untuk berangkat di TPA tersebut, karena pada waktu itu saya belum paham dengan maksud orang tu saya mencarikan tempat TPA tersebut. Sampai sampai setiap mau berangkat TPA saya harus nangis terlebih dahulu karena tidak mau berangkat TPA dan akhirnya di paksa buat berangkat.
            1 tahun 2 tahun kegiatan TPA itu saya jalani sesuai dengan keadaan yang adda, menginjak kelas 6 saya mulai berfikir appa artinya belajar di TPA tersebut. Selama di TPA saya meraih peringkat II dan III, tapi sya tidak pernah mendapatkan peringkat   I, entah kenapa saya juga tidak tahu. Dengan saya belajar di TPA nilai pelajaran agama di sekolah meningkat, dan berangsur membaik, saya sangat senang dan merasa sedikit puas dengan hasil yang saya raih itu, coba kalau dlu saya tidak sekolah di TPA, pasti saya sangat tidak mengenal agama yang baik itu seperti appa.
            Mulai kelas 5 saya sudah diajarkan oleh orang tua saya puasa sampai magrib. Pertama saya puasa magrib susah sekali rasanya, ngrengek sama ibuk lah pengen buka ato apalah, nyuri nyuri minum, mam, pkoknya susah banget rasanya suruh puasa magrib, tapi lama lama itu sudah terbiyasa. Dan pada saat kelas 6 sd alhamdulillah saya sudah puasa penuh. Rasanya puas banget selesai bisa puasa penuh. Saat kelas 6 sd uga saya sudah mulai memakai krudung meskipun Cuma kalau pergi pergi saja. Tapi itu sudah membantu sekali untuk belajar terbiasa.
            Selama saya belajar di Tpa itu saya mulai mengenal pelajaran bahasa arab, hafalan surat surat pendek, hafalan doa sehari hari, saya juga di ajari bagaimana cara sholat yang baik, menghormati kedua orang tua, bersikap baik pada orang sekitar kita, dan tentunya belajar berpuasa sampai magrib. Dan saya sangat merasakan hasil belajar di TPA itu ketika saya duduk di kelas 6 sd, waktu itu kita di suruh menghafal surat adh dhuha, teman teman yang lain masih bingung dengan hafalan tersebut, namun saya sedikit bisa menghafal dan tinggal mengulangi, apalagi itu sebgai syarat untuk kelulusan . dan kebetulan saya uga pengend daftar sekolah di Mu’allimaat, dmna persaingannya sangatlah ketat.

SMP    :
            Smp, saya bersekolah di Madrasah Mu’allimaat, di sana saya di tuntut untuk melakukan ibadah ibadah yang jarang saya lakukan sebelumnya , seperti sholat tahajud, puasa  senin kamis, sholat dhuha dll. Dan alhamdulilah saya bisa melakukan itu semua meskipun tidak setiap hari, di sana byk di ajarkan berbagai ibadah2 sunnah. Saya merasa senang karena kebersamaan dan kekompakan tidak pernah terlepas dari siswi siswi Mu’allimaat.
            Kadang pada waktu ingin puasa senin kamis awalnya sudah ada niat tapi waktu sdh sampai madrasah dan waktu istirahat, niat puasa tersebut tiba2 hilang begitu saja , dan akhirnya tidak jadi puasa. Akan tetapi lama kelamaan saya sadar sendiri kalau terus terusan seperti itu saya gg akan dapat pahala apapun, dan akhirnya saya benar benar berniat untuk puasa senin kamis, dan akhirnya saya berhasil juga untuk melakukan ibadah sunnah tersebut. Mulai dari situ saya benar benar belajar untuk melakukan ibadah ibadah sunnah yang lainnya.
            Tibalah pada waktu kelas 3 MTS, pada waktu itu saya benar benar tidak terlalu bisa dalam mata pelajaran umum, saya merasa berat sekali dalam mendalami ilmu tersebut, saya hanya mempunyai modal percaya diri dan modal ibadah kepada Allah, saya berusaha untuk selalu puasa senin kamis, sholat tahajud, sholat dhuha dan lainnya. Al hasil, dalam ujian nasional saya berhasil lulus walaupun dengan predikat tidak memuaskan, tapi saya merasa sangat puas karena itu adalah hasil kerja keras saya sendiri, tanpa bantuan dari orang lain alias mencontek, masalah contek mencontek, insyaallah Mu’allimaat bebas dari contek mencontek, insyalh kami mengerjakan ujian dengan sejujur mungkin. Dan saya merasa bersyukur sekali karena Allah telah membantu saya dalam mengerjakan soal soal tersebut, saya semakin yakin kalau Allah itu akan selalu membantu hamba hambanya dalam keadaan sesusah apapun, namun syaratnya kita juga harus mendekatkan diri kepada Allah, mentaati perintahnya dan menjauhi larangannya.

SMA/ ALIYAH         :
Lulus dari kelas 3 saya tetap melanjutkan sekolah di Madrasah Mu’allimaat, karena appaa?? Karena saya tidak mungkin kalau pindah dari Mu’allimaat dan mendapatkan sekolah yang faforit, sedangkan nilai NEM saya begitu minim, alias tidak akan mencapai target iank di targetkan oleh sekolah faforit tersebut. Mulai dari kelas satu Aliyah, entah kenapa pada waktu itu sya mulai nakal dan jarang mentaati peraturan yang telah dibuat oleh madrasah, padahal maksud madrasah membuat peraturan tersebut baik. Sekolah kami dilarang keras membawa hp alias hp bagi sekolah kami adalah barang haram, selain narkoba roko dsb, hape uga telah menjadi barang haram bagi madrasah ini. Saya dan teman teman tidak peduli dengan peraturan tersebut, kami selalu melanggarnya, hingga suatu ketika, sehabis ujian tengah semester, angkatan kelas 1 Aliyah tiba tiba ada sebuah razia besr besaran , hp saya sii tidak tersita, namun hape saya malah rusak hampir pecah karena saya taruh di sepatu dan saya injek. Sedangkan hape tmn saya adda iank kesita, mulai dari kejadian tersebut saya sdar dan saya tidak berani lagi untuk membawa hape di madrasah.
Ibadah sunnah sya juga menurun, saya jarang sholat malam, jarang sholat dhuha dan jarang puasa senin kamis, entah kenapa saya jadi semalas itu, yang adda di fikiran saya hanyalah bagaimana caranya untuk melanggar tata tertib yang telah di buat oleh Madrasah. Kelas 1 saya mulai mengenal kata cinta, pacaran, kasih sayng pada lawan jenis, saya sering ketemuan dengan siswa sekolah tetangga alias sekolah adam alias madrasah muallimiin yaitu sekolah khusus cowok, kami satu yayasan tapi beda sekolah, namun kami selalu mencari cara bagaimana untuk ketemuan, ataupun ngobrol, entah itu via telepon, chatting, facebookan dll. Sampai sampai saat di asramapun kami sempat telpon telponan dan di sadap oleh pamong asrama. Al hasil masalahpun kembali terjadi. Kelas 1 Aliyah adalah masa masa kemaksiatan, tapi maksiat kami adalah maksiat yang positip, bukan maksiat yang nyeleweng2, kami tdak pernah terhindar dari masalah2, entah masalah dengan teman, orangtua, bahkan guru. sehingga konsentrasi belajarpun terganggu dan nilai nilai pelajaran banyak yang merah. Sungguh menyedihkan.
Pada saat kenaikan kelas saya di vonis tidak naik kelas, gara gara masalah banyak dan nilai mapel merah. Hmmmmm, saya takut sekali, namun adda guru yang berbaik hati untuk memberikan saya nilai aman, dan akhirnya saya tetap naik kelas, alhamdulillah.
Kelas 2 aliyah saya mulai bertobat, dan memperbaiki kesalahan kesa;ahan yang lalu, saya berusaha untuk tidak mengulanginya kembali, dan sedikit demi sedikit saya bisa merubahnya, alhamdulillah, saya berhasil, mulai saat itu saya kembali berusaha untuk melakukan ibadah ibadah sunnah yang sempat tertinggal, saya memperbaiki diri dan saya juga berfikir untuk ikut gabung dalam organisasi organisasi yang adda, di sekolah maupun di rumah. Namun perubahan tersebut tidak berubah total, saya juga masih berpacaran, dan masih sedikit sedikit melanggar tatatertib sekolah, naun tidak separah wktu kelas 1.  
Menginjak kelas 3 saya tambah rajin dan saya mempunyai tekad dan niat untuk kembali berserah diri pada yang kuasa, mengingat ujian akhir segera datang. Saya merasa bersyukur sekali karena saya mempunyai teman teman yang sangat perhatian dengan saya, kalau saya mulai nyleneh mereka selalu mengingatkan dan kita salig mengingatkan satu dengan yang lainnya. Mereka selalu mengajari saya kalau saya tidak mengerti dengan satu mata pekajaran. Dalam fikiran saya waktu itu adalah saya harus berhasil dengan nilai yang memuaskan, banggain kedua ortu dan tidak mengecewakan orang orang yang saya sayangi. Saya tinggalkan kata PACARAN, dan mulai fokus untuk BELAJAR. Awalnya saya takut dengan undang undang baru yang menyatakan bahwa nilai UAN adalah gabungan dari nilai2 kelas 2 dan gabungan dari nilai ujian sekolah, saya gg nyakin dengan apa yang saya punyai sekarang dalam artian saya gg sepintar orang orang yang adda di sekitar kita, tapi teman teman selalu menyakinkan sya bahwa saya bisa dan saya pasti lulus dengan nilai yang cukup memuaskan.
Ujian akhirpun datang, beberapa hari sebelum ujian datang saya mendapatkan kabar yang sangat menyedihkan, yaitu, seseorang yang saya sayangi telah pergi meninggalkan dunia ini, dan sya tidak akan pernah menemuinya aaggy, saya benar benar tidak mempercayai berita tersebut. Namun saya harus ikhlas dengan apa yang telah di takdirkan Allah kepadanya. Saya berusaha kuat dan tegar menerima semua cobaan ini, saya lalui ujian dengan kemampuan yng saya terima, dan saya uga harus menunjukkan pada orang orang yang saya sayangi bahwa saya bisa mengerjakan soal soal tersebut.
Sambil menunggu hasil pengumuman saya selalu mendekatkan diri pada Allah, karena saya yankin Allah akan membantu saya. Saat itu juga saya berlatih dan terus berlaih untuk berorganisasi, banyak tawaran untuk masuk dalam suatu organisasi, dan saya menyetujui salah satu tawaran yang di berikan oleh suatu orgaisasi tersebut.
Hasil pengumuman tlah di berikan dan alhamdulillah banget saya luus dengan nilai yang cukup memuaskan. Dan saya gunakan niali tersebut dengan mendaftar di salah satu perguruan tinggi swasta, dan akhinya saya di terima di pergruan tinggi tersebut, namun saya juga menunggu hasil pengumumn di perguruan tinggi negeri. 22 nya di terima ternyata, perguruan tinggi swasta dan negeri, saya bimbang dengan pilihan trsebut, karena keduanya sama sama bagus. Dan predikatnya juga sangatlah bagus. Karena saya bimbang saya memunta petunjuk dri Allah, dengan melakukan sholat istikhoroh, gg lama kemudian saya telah memantapkan diri untuk meilih salah satu perguruan tinggi tersebt, dan saya memilih peruruan tinggi negeri, yang swasta saya tinggalkan.

KULIAH        :
            Kuliah, saat ini saya kuliah di universitas islam negeri sunan kalijaga yogyakarta, menurut pandangan saya sendiri dan kedua ortu saya , saya sekolah di sinni merupakan suatu keberuntungan yang diberikan oleh Allah pada saya, saya bisa lulus seleksi SNMPTN, tanpa saya duga dan tanpa saya sadri , saya benar2 tidak ada fikiran sama sekali untuk bisa lolos dalam SNMPTN tersebut. Dibandingkan dengan teman teman yang lain, mereka jauh lebih pintar dalam hal akademik. Tapi saya merasa sangat brsyukur sekali bisa lolos dalam SNMPTN ini, saya senang dengan kemuliaan yang di berikan Allah pada saya.
            Sejak saya masuk di bangku perkuliahan saya benar benar berubah, mulai dari cara berpakaian, bergaul, serta bertata krama dengan orang lain, saya sendiri bingung dengan keadaan yang sedemikian rupa. Dalam benak saya, saya sering bertany tanya kenapa saya kok bisa berubah secepat ini, saya mulai memakai rok, dan baju baju panjang, meskipun dalam berkerudung masii sama seperti dulu. Kalau saya memakai celana rasanya sungkan banget, sampai sampai teman teman saya sekolah dulu heran dengan perubahan ini. Saya jadi sering ngjar TPA, dan berusaha untuk mencari pahala pahala lainnya. Hidup memang perputar putar kadang kta ingin berubah menjadi orang baik, kadang pula kita ingin memberontak pada keburukan. Hidup penuh dengan tantangan penuh perjuangan dan penuh dengan giuran dunia, oleh karena itu kita harus menata hati memantapkan jiwa, untuk melawan itu semua sehingga kita bisa menjadi orang orang yang beruntung dan masuk dalam golongan orang orang yang dimuliakan oleh Allah, amiin ya Robbal ‘alamiin.

4.      BAGAIMANA MENDIDIK AGAMA DALAM DIRI ANAK
Orang tua saya mengajarkan anak anaknya untuk selalu berbuat baik, dari kecil kami diajarkan untuk selalu sholat 5 waktu dan sholat tepat waktu, serta puasa romadhan secara penuh satu bulan penuh. Saya merasa miris ketika melihat tetangga2 saya tidak mengajarkan anak anaknya sebagaimana orang tua saya mengajarkan agama kebaikan pada anak anaknya. Mereka sama sekali tidak pernah berfikir tentang akhirat, dan kekuasaan yang dimiliki oleh Allah SWT. Mereka tidak peduli apakah anak anaknya sholat ataupun tidak. Apalagi anak ank jaman sekarang masii kecil omongannya sudah tidak benar, sudar mengenal cinta cintaan dan lainnya, tapi orangtua mereka tidak peduli dengan keadaan yang mereka hadapi.
Dalam berpakaian, orangtua mereka leleh luweh degan pakaian yang anak anak mereka kenakan, entah menutup aurat atau tidak, berbeda sekali dengan saya, memakai celana pensil pun saya harus beradu mulut dulu dengan ortu saya. Saya sadar sih sebenarnya dalam syari’at agama islam itu tidak di perbolehkan untuk memakai pakaian pakaian ketat seperti itu. Tapi yang namanya anak muda pasti pengen mencoba untuk memakai pakaian tersebut.  
Saya lebih miris ketika mendengar salah satu tetangga saya memaki maki orang tuanya tanpa rasa bersalah dan tanpa rasa dosa sedikitpun. Bagi saya itu sangatlah tidak sopan sekali dan anak itu bisa di sebut sebagai anak yang durhaka, dia tidak pernah mendengarkan nasehat orang tuanya, dan orang tuanya pun tidak mengajari kebaikan pada anak tersebut. Menurut saya kedua duanya salah, si anak durhaka pada orang tua, dan orang tua tidak menjalankan amanah yang telah diberikan Allah.
Alhamdulilah sekali saya sangat beruntung dan saya sangat bersyukur karena orang tua saya tidak seperti itu. Saya mempunyai orang tua yang sangat perhatian pada saya meskipun terkadang sangatlah menjengkelkan. Tapi mereka tetap the best.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar